Headlines News :

OM SVASTIYASTU

OM ASTU TAT ASTU NAMOH SIDHAM
Home » » Memahami Kekawin NITI SASTRA

Memahami Kekawin NITI SASTRA

Written By Unknown on Wednesday, September 30, 2015 | 10:06 PM







Pengertian Niti Sastra

Pada masyarakat Hindu yang ada di Bali lebih mengeal dengan istilah kekawin Niti Sastra. Kekawin adalah salah satu karya sasttra yang berbahasa Jawa Kuna berupa puisi. Kekawin Niti Sastra berisikan tentang ilmu kepemmpinan yang bisa digunakan dan diterapkan kedalam ketatanegaraan juga bisa kita terapkan dalam kehidupan di masyarakat, dan dalam pendidikan. Kekawin Niti Sastra digubah pada akhir zaman Majapahit, Kekawin ni merupakan kumpuan bait didaktis dan tidak bersifat naratif.
            Anandakusuma (1986) mengatakan bahwa Niti berarti undanan-undangan yang mengatur negeri sedangkan sastra berarti pelajaran agama dan pelajaran dharma. Menurut Athur Antoni Macdonell mengatakan bahwa Niti dalam bahasa Sanskerta berarti kebijaksanaan duniawi (Worldly Wisdom) sedangkan Sastra diartikan doa juga berarti pujaan (praise). Menurut Dr. Rajendra Misrhra pengethuan Niti Sastra adalah didactic poem atau Upadesa Kavya, yaitu kakrya sastra yang bersifat mendidik.
            Secara umum Niti Sastra lebih menekankan pada ajaran moralitas dan ilmu bangun masyarakat yang sejahtera. Kitab Upaveda dari Rgveda adalah Ayurveda, kitab Upaveda dari Yajurveda adalah Dhanurveda, kitab
 Upaveda dari Samaveda adalah Gandharvaveda, sedangkan kitab Upaveda dari Atharvaveda adalah Arthaveda. Sesungguhnya kita hanya memiliki satu kitab suci yaitu Veda berdasarkan tingkat kesukarannya. Ketiga kelompok tersebut adalah Pratoksa, Adhyatmika, Pratyaksa.

RSI CANAKYA
            Penyusun kirab Arthasastra memang sangatlah banyak ditemukan, dan selalu bertuliskantentang Canakya didalamnya. Seperti di kutip dalam Srimad Bhagavatam 12.1.11-12 “seorang Brahmana (Canakya) akan menghancurkan raja Nanda dan delapan putra-putranya dan akan menghancurkan dinastinya. Sri Visnu Purana 24.20-28, juga dikatakan bahwa “Raja mahananda akan menurunkan Mahapadma dari istri sudra. Dia akan melanjutkan pemerintahan bersama 8 orang putra-putranya, seperti sumali dan lainnya selama 100 tahun. Suatu ketika akan muncul seorang Brahmana bersama kautilya, akan menghancurkan kesembilan nada tersebut.
            Dari ramalan tersebut dapat disimpulkan bahwa memang benar Canakya yang menghancurkan Raja Nanda dan mendapatkan Candragupta sebagai Raja. Tentang proses penghancuran kerajaan Nanda oleh Canakya menurut para tokoh berbeda-beda. Seperti pada modul buku pembelajaran

TUJUAN AJARAN NITI SASTRA
          Niti Sastra mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Cakupannya adalah dalam segi Pemerintahan, Kepemimpinan, Moralitas, Perekonomian, Bhakti, dan segala yang behubunan dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan mempelajari Niti Sastra adalah agar tercapainya tujuan Dharma atau disebut dengan Dharma Sidhyartha. Yang dimaksud Darma Sidhyartha disini adalah pertimbangan untuk mencapai kebenaran dan kesejahteraan. Dalam mencapai kebenaran hendaknya harus mempertimbangkan lima unsur yang disebut dengan Iksa, Sakti, Desa, Kala dan Tattwa. Dengan tercapainya Dharma Sidhyartha maka tercapai pula tujuan dari ajaran Niti Sastra.

NITI SASTRA DALAM DIRI
Ajaran Niti Sastra ini, sebelum masuk kemasyarakat pahami dan terapkan dalam diri kita terlebih dahulu. Ada tiga perbuatan dalam diri kita yang harus di sucikan yang sering disebut dengan Tri Kaya Parisudha, antara lain:
a)      Manacika Parisudha (Berfikir yang baik)
Dalam ajaran sastra kita diajarkan bagaimana harus berfikir dan apa yang kita pikirkan. Sebab pikiran dapat mempengaruhi apa yang kita lakukan. Dalam hidup kita pikuran sebagai penggerak dan penentu dalam setiap tindakan. Apabila pikiran tidak stabil orang akan mengendalikan sifat Sad Ripu yang diantaranya adalah Kama, Lobha, Kroda, Mada Moha, Matsarya.
b)      Wacika Parisudha (Perkataan yang baik)
Setiap perkataan yang kita keluarkan dari bibir memiliki pengaruh bagi diri kita juga bagi orang lain. Apapun yang kita katakana akan mendapat hasil baik yang baik maupun hasil buruk.
c)      Kayika Parisudha (Berbuat yang baik)
Segala perbuatan yang kita lakukan didunia ini pasti kita sendiri yang akan menanggungnya, karma yang kita lakukan tidak bisa kita tinggalkan ataupun kita warisi kepada orang lain.


NITI SASTRA DALAM KELUARGA
Keluarga adalah bagian terdekat dalam hidup kita, karena bersama mereka kita menghabiskan sisa waktu kita. Kita sebagai anggota keluarga hendaknya berusaha selalu menciptakan suasana yang enak dalam keluarga.
a.       Peranan seorang Suami/ayah
Seorang ayah selain melindungi istri juga bertanggungjawab melindungi dan membesarkan putra-putrinya. Seorang ayah hendaknya memberikan bekal kepada putra-putrinya untuk meniti masa depannya. Bekal yang diberikan tidak hanya berupa materi melainkan pengetahuan. Karena pengetahuan tidak pernah habis dan dengan pengetahuan juga akan membuat orang dihormati.
b.      Peranan seorang Istri
Seorang yang sudah memiliki suami serta mempunyai anak sudah bisa disebut dengan ibu. Seorang ibu yang baik harus bisa melayani suami serta anak-anaknya dengan tulus iklas. Baik atau buruk kelakuan seorang istri akan berpengaruh kepada suami serta anak-anaknya, hendaknya seorang istri harus memiliki sifat yang suci nan mulia. Seorang istri juga memiliki kewajiban untuk memberikan keturunan kepada keuarganya, keturunan ini bertujuan untuk meneruskan regenerasikeluarganya. Dengan keturunan juga bisa mempererat tali persatuan dalam keluarga, Karena kehadiran sang putra merupakan anugrah dari yang kuasa.


NITI SASTRA DALAM MASYARAKAT
Penerapan ajaran Niti Sastra di masyarakat sudah ada sejak zaman dahulu meski belum diketahui sesungguhnya itu merupakan ajaran Niti Sastra karena pada masyarakat terdiri dari banyak keluarga dan memiliki pola piker yang berbeda, maka agak susah untuk menerapkan ajaran sastra kecuali mereka yang mengerti tentang makna sastra. Dalam masyarakat Ajaran Niti Sastra sangatlah baik untuk diajarkan karena sebagai ajaran berisi tentang moralitas dan tuntunan berperilaku.

Adhityedam yatha sastram
Naro jinati sattamah
Dharmapadesa vikhyatam
Karyakaryam subhasubham
                                    Canakya Niti Sastra,1.2
Terjemahan:
Iya yang mengerti ajaran Niti Sastra yang baik ini, yang menajarkan ajaran-ajaran Dharma yang termasyur, dengan pengetahuan ini bisa membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang patut dilakukan dan apa yang tidak patut dilakukan. Orang yang seperti itu hendaknya dimengerti sebagai orang yang utama.
Dalam sloka diatas dikatakn bahwa Niti Sastramemberikan pandangan untuk memilah sesuatu yang baik dan yang kurang. Dengan pengetahuan seseorang mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Karena pengetahuan adalah sebagai penerang bagi jiwa.
Hendaknya pengetahuan harus selalu dipraktekkan untuk membantu sesama.
a.       Memilih Sahabat
Sahabat sejti adalah sahabat yang selalu dating dan menyelamatkan seseorang dalam keadaan apapun. Tujuan memiliki sahabat adalah untuk berbagi antara suka dan duka. Maka dari itu haruslah berhati-hati memilih seorang yang ingin dijadikan sahabat.
b.      Kewaspadaan
Kewaspadaan menuntun seseorang untuk selalu berkata, bersikap dan melakukan sesuatu denggn hati-hati. Apabila seseorang sudah waspada dan berhati-hati dalam melangkah, kemungkinan untuk mengalami kegagalan sangatlah kecil.
c.       Kebahagiaan
Tolak ukur kebahagiaan seseorang itu sangat relative. Kebahagiaan seseorang akan hilang apabila orang tersebut akan selalu melihat hal yang lebih dengan ego dan tanpa mensyukuri apa yang dimiliki.


KEPEMIMPINAN HINDU
A.    Pengertian Pemimpin
Kepemimpinan adalah bahasa Inggris mempunyai kesepadanan kata yang disebut degan leadership. Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pimpin berarti bombing atau tuntun. Setiap orang yang dilahirkan didunia ini adalah seorang pemimpin. Entah sebagai pemimpin masyarakat, keluarga ataupun pemimpin diri sendiri.
B.     Peranan Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin juga bisa dikatakan seagai raja karena memiliki wewenang untuk membimbing atau menuntun. Seorang pemimpin tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri apalagi memikirkan utung dan rugi dalam memimpin. Memimpin merupakan suatu pengorbanan yang tulus iklas demi kesejahteraan bersama. Apabila seorang pemimpin tidak mampu untuk mensejahterakan rakyatnya, apalagi membuat rakyatnya mederita dia tidak bisa dikatakan sebagai pemimpin yang berhasil.
C.    Syarat-syarat Pemimpin
Memimpin bukanlah sesuatu yang mudah seperti membalikkan kedua telapak tangan kita. Dalam kitab Arthasastra dikatakan bahwa seorang raja atau pemimpin hendaknya memiliki sifat Uthana (giat) dan jangan memiliki sifat Pramada (lengah). Dalam sastra Hindu dikatakan seorang pemimpin harus memiliki sifat sebagai berikut:


1.      Catur Pariksa
Catur Pariksa serin disebut dengan nama Catur Upaya Naya Sandhi. Dikatakan bagi seorang pemimpin harus memiliki keempat sifat tersebut untuk menjadi pemimpin yang disegani oleh masyarakat dan mush, diantaranya:
·         Dhana berarti uang. Seorang pemimpin hedaknya rela memberikan bantuan untuk memenuhi sandang, pangan, dan papankepada rakyatnya dengan tulus iklas demi kesejahteraan rakyatnya.
·         Sama adalah seorang pemimpin harus berbuat adil. Setiap orang hendaknya diberikan kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang.
·         Bheda adalah seorang pemimpin yang harus dapat mengatur dan memelihara disiplin kerja dan tata tertib yang berlaku bagi bawahannya.
·         Dandha adalah seorang pemimpin yang harus tegas dalam menghukum bawahannya, siapapun yang bersalah hendaknya dihukum secara adil tergantung dari tingkat kesalahannya.
2.      Panca Stiti Dharmaning Prabhu
Panca Stiti Dharmaning Prabhu ini merupakan wejangan dari Arjuna Sastra Bahu, yang kemudian dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara.
3.      Sad Warnaning Rajaniti
Sad Warmaning Rajaniti atau Sad Sasana adalah enam sifat utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang raja. Adapun bagian-bagiannya yaitu: Abhigamika, Prajna, Utsaha, Atma Sampad, Sakya samanta, Aksudra Parisatka.
4.      Catur Kotamaning Nrpati
Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin adalah buku “Tata Negara Majapahit”. Catur Kotamaning Nrpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: Jnana Wisesa Suddha, Kaprahitaing Praja, kawiryan, Wibawa.
5.      Tri Upaya sandhi
Di dalam Lontar Raja Patu Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki tiga sifat upaya agar dapat menghubungkan diri dengan rakyat yaitu: Rupa, Wangsa, Guna.

6.      Panca Upaya Sandhi
Adapun bagian-bagian Panca Upaya sandi yaitu Maya, Upeksa, Indra jala, Wikrama, Logika.
7.      Asta Brata
Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana sebelum ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca kemenangan Sri Rama melawan keangkaramurkaan Rahwana. Asta Brata in merupakan delapan landasan sikap mental bagi seorang pemimpin, yaitu: Indra Brata, Yama Brata, Surya Brata, Candra Brata, Bayu Brata, Baruna Brata, Agni Brata, Kwera dan Prthiwi Brata.
8.      Nawa Natya
Dalam Lontar jawa Kuno yang berjudul “Nawa Natya” dijelaskan bahwa seorang raja dalam memilih pemmbantu-pembantunya(mentrinya) harus memiliki criteria sebagai berikut yaitu: bijaksana, pemberani dan pantang menyerah, bersifat uia, tekun atau ulet, pandai berbicara, setia, tidak pamrih, dll.
9.      Panca Dasa Pramiteng Prabhu
Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi Prapanca menuliskan keutamaan sifat-sifat Gajah Mada sebagai Maha Patih Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama tersebut yaitu:
Bijaksana, Pemberani, dipercaya oleh rakyat, selalu setia, pandai bicara, sabar dan rendah hati, teguh hati, teguh iman, lapang dada dan toleransi.
10.  Sad Upaya Guna
Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam upaya yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam memimpin Negara. Keenam upaya ini disebut juga dengan Sad Upaya Guna, diantaranya Siddhi, Wighra, Wibawa, Winarya, Gascarya, dan Stanha.
11.  Panca Satya
Satya ini harus dijadikan sebagai landasan bagi seorang pemimpin Hindu dimanapun dia berada. Kelima landasan ini adalah Satya Hrdaya, Satya Wacana, Satya Samaya, Satya Mitra, satya Laksna.


CATUR VARNA
Sesungguhnya kedudukan Kasta dan Varna adalah beda. Istilah Kasta dibuat oleh Bangsa Portugis ketika menjajah Bali. Dikatakan pada zaman dahulu apabila yang memiliki kasta rendah tidak boleh mempelajari kitab sucu, apabila mempelajari kitab sucitelinganya akan di bor. Yang boleh membaca kitab Suci adalah hanya mereka yang memiliki kasta Brahmana dan Ksatria.
Sedangkan Varna memang diatur dalam kitab suci agama Hindu. Dalam kitab suci agama Hindu dikenal dengan istilah Catur Varna atau empat golongan, adapun keempat golongan tersebut adalah: Brahmana, Ksatriya, Waisya, dan Sudra.

BHAKTI DALAM NITI SASTRA
            Dalam agama Hindu meyakini adanya Panca Sradha yang berarti keyakinan atau kepercayaan yang diantaranya yaitu:
1.      Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
2.      Percaya dengan Atma
3.      Percaya dengan Hukum Karma Phala
4.      Percaya dengan Punarbawa (reinkarnasi)
5.      Percaya dengan Moksa (pelepasan)
Lima keyakinan atau Sradha diatas sebagai dasar umaat Hindu melaksanakan Bhakti. Bhakti berarti wujud cinta kasih serta penyerahan diri sepenuhnya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.


WANITA DALAM NITI SASTRA
a.      Kedudukan Eanita dalam Sastra Hindu
Dalam sastra Hindu wanita memiliki kedudukan yng sangat utama dalam kehidupan.
Wanita dikatan sebagai sumber kehidupan. Wanita dikatakan sebagai sumber kehidupan, kedamaian, serta kebahagiaan. Disini wanita memiliki peran yang sangat muia karena telah berjuang sampai mempertaruhkan nyawa hanya melahirkan seoang putra. Sri Kresna, Sri Rama serta Arjuna pun dilahirkan oleh seorang ibu. Dan dari zaman dahulu hahikat seorang sangatlah mulia karena perannya.
      Hakikat wanita lebih istimewa dibadingkan dengan lelaki, karena wanita memiliki peran yang sangat multifungsi yaitu bisa senjadi seorang ibu yang bisa melahirkan dan juga bisa menjadi seorang ayah yang membesarkan serta menjaga putranya.
      Disamping sosok wanita yang agung nan mulia, tidak sedikit yang mengatakan wanita adalah sumber kesengaraan bagi manusia. Manusia dikatan umber kehancuran bagi lelaki karena dengan kecantikannya wanita akan memikat lelaki  dan tidak sedikit lelaki yang rela melakukan apa saja demi wanita.

b.      Swadharma Wanita
      Wanita berasal dari bahasa Sankrit, yaitu Svanittha, dimana kata Sva artinya “sendiri” dan Nittha artinya “suci”. Jadi Svanittha artinya “Mensucikan sendiri”. Sejak mengalami menstruasi pertama, seorang wanita sudah dianggap dewasa, dan juga merupakan ciri/tanda bahwa ia mempunyai kemampuan untuk hamil. Peran istri dikatakan sebagai pengamal Dharma, karena hal-hal yang dikerjakan seperti: mengandung, melahirkan, memelihara bayi, dan seterusnya mengajarkan dan mendidik anak-anak, mempersiapka upacara-upacara Hindu dilingkungan rumah, dll. Peranan suami dapat dikatakan sebagai pengamal Shakti, karena dengan kemampuan pikiran dan jasmani ia bekerja mencari nafkah untuk kehidupan rumah tangganya. Kombinasi Dharma dan Shakti ini menumbuh kembangkan dinamika kehidupan. Oleh karena itu pula, istri disebut “Pradana” yang artinya pemelihara, dan suami disebut “Purusha” yang artinya penerus keturunan.
1.      Wanita pada masa Brahmacari
Masa Brahmacari adalah masa belajar, bisa juga dikatakan masa menuntut ilmu pengetahuan. Wanita pada masa memasuki masa-masa brahmacari sama halnya dengan memasuki masa-masa yang rentan karena apabila benar dalam melangkah ia akan menjadi emas dan apabila salah melangkah ia akan menjadi samah. Wanita juga dikatakan delapan kali lebih besar nafsu birahinya dibandingkan laki-laki, hal ini dibuktikan dari penelitian ilmiah yang mengatakan bahwa nafsu wanita lebih besar daripada laki-laki ketika dalam keadaan bercumbu.
2.      Wanita dalam masa Grahasta
Grhasta Ashram yaitu tahapan kehidupan rumah tangga. Ketika memasuki masa-masa Grahasta seorang wanita bisa disebut dengan istilah istri, dan apabila sudah memiliki putra bisa disebut dengan istilah ibu.
c.       Memperlakukan dan Menjaga Wanita
Wanita adalah makhluk yang kuat tetapi bisa menjadi sangat lemah baik dilihat secara fisik mupun secara psikis. Kelemahan pada wanita memberikan ciri bahwa ia memiliki sifat atau naluri yang lembut.


1.      Ayah
Seorang ayah hendaknya melindungi putrinya agar tumbuh menjadi seorang wanita yang suci dan seorang ayah harus memikirkan siapa yang menjadi pendamping hidup putrinya nanti.
2.      Suami
Seorang suami hendaknya menjaga dan melindungi istrinya dengan sepenuh hati agar istrinya merasa aman dan nyaman.
3.      Anak laki-laki
Anak lai-laki hendaknya melindungi ibu dan saudari perempuannya disaat tidak ada ayahnya. Karena dalam agama Hindu anak laki-laki merupakan generasi penerus keluarga.


PENGETAHUAN DALAM NITISASTRA
            Dibandingkan dengan memiliki harta benda banyak, orang yang memiliki pengetahuan lebih dihormati serta dikenang. Seperti contoh tokoh-tokoh ilmuwan di dunia dikenal karena hasil penemuannya dan bukan karena harta bendanya. Pengetahuan juga dikatakan sebagai harta yang rahasia karena tak seorang pun yang tahu kecuali kita. Begitu juga kedudukannya dalam keluarga, orang yang memiliki putra yang berpengetahuan akan menjadi terhormat dibandingkan ddengan memiliki putra yang biasa.
            Pengetahuan pada diri seseorang tidak selalu sama, semua itu dipengaruhi oleh beberapa factor. Dari beberapa pendapat para ahli mengatakan pengetahuan seseorang dipengaruhi karena tiga factor yaitu, factor Genetik/kelahiran, factor social/ligkungan, dan factor ekologi/perpaduan antara genetic dan social. Apabila seseorang lebih mementingkan kesenangan maka, pengetahuan akan lebih susah didapat. Apabila seseorang lebih memenginginkan pengetahuan maka kesenangan akan susah untuk didapat. Akan tetapi apabila seseorang merubah pola pikirnya dengan menjadikan pengetahuan sebagai kesenangan maka akanlah mudah untuk didapat pengetahuan sekaligus kesenangan. Selain karena factor kemalasan dari diri sendiri dan factor kelahiran juga karena factor lainnya. Dalam Kekawin Niti Sastra Sargah XIV, sloka 3 dan 4 dikatakan ada 6 hambatan atau musuh seserang dalam memperoleh ilmu pengetahuan yaitu:
1.      Kelalaian
2.      Kebiasaan melakukan hal-hal yang buruk atau dusta
3.      Penyakit atau kelemahan badan atu fisik
4.      Pada orang yang masih muda yaitu gila asmara dan berzinah
5.      Kemiskinan terus menerus
6.      Berjudi.
Keenam musuh diatas sangatlah menjadi penghalang bagi seseorang yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan.karena keenam musuh tersebut bisa meracuni pikiran seseorang, dan ilmu pengetahuan hanya bisa didapat dengan pikiran murni dan jernih.

BERBOHONG YANG DIBENARKAN
Setiap orang yang hidup didunia ini pasti pernah melakukan ebohongan, yang membedakan adalah besar kecilnya tingkat kebohongan tersebut. Walaupun kebohongan dikatakan sebagai perbuatan uang kurang baik, akan tetai terkadang kita juga harus berbohong demi kebaikan. Ada lima kebohongan yang dapat dilakukan dengan tidak ada hukumannya yaitu, di waktu sedang berpesta, waktu pertemuan penggantin (waktu bertemu), guna menjaga harta benda, guna meindungi nyawa, dan waktu bersenda gurau. Dengan demikian kebohongan yang bisa dibenarkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
1.      Berbohong kepada oran sakit
2.      Berbohong kepada anak kecil
3.      Berbohong kepada musuh yang mengancam
4.      Berbohong kepada orang jahat
5.      Berbohong demi menyelmatkan nyawa seseorang
6.      Berbohong pada saat bercumbu rayu
7.      Berbohong pada saat bercanda
8.      Berbohong pada saat berdagang.
Dosa dari kebohongan yang dilakukan tidak sepenuhnya diterima asalkan didasari dengan keinginan untuk kebaikan. Sebab aapun yang dilakukan atas dasar keinginan yang baik pasti akan mendapat kebaikan. Akan tetapi apabila melakukan kebohongan hanya untuk memuaskan diri sendiri akan mendapa dosa yang berlipat ganda.

NILAI DHARMA
            Pandangan dari para tokoh agama maupun masyarakat mengatakan bahwa Dharma adalah suatu yang bersifat baik atau kebenaran. Selain perbuatan Dharma juga diartikan sebagai hukum agama hindu. Setiap orang yang terlahir didunia diwajibkan untuk berbuat Dharma. Walaupun kita memiliki banyak harta ataupun anak buah, namun ketika kita meninggal hanya yang kita lakukan selama di dunia maka surge lah tempat kita, begitu juga sebaliknya apabila Adharma yang lebih dominan maka neraka lah rumah kita nanti. Pada dasarnya Dharma atau kebenaran memiliki lima dasar yang dijadikan acuan. Kelima dasar tersebut adalah:
1.      Sruti, merupakan wahyu suci yang diterima dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
2.      Smerti adalah nama buku-buku yang merupakan hasil pemikiran dari tulisan berdasarkan interpretasi Veda dan telah diterapkan serta dijadikan panutan sejak berabad-abad.
3.      Sila, merupakan ethika yang diterima oleh orang-orang suci dan bijak.
4.      Sadacara/acara, merupakan adat kebiasaan setempat yang telah diterima dan dijadikan bagian dari kepercayaan masyarakat.
5.      Atmanastuti, merupakan kebahagian yang didapat oleh seseorang atau diri sendiri.
Melakukan Dharma haruslah berdasarkan dariketulusan hati yang paling dalam. Walaupun itu kecil akan tetappi dilaksanakan dengan keinginan yang tulus maka akan menjadi besarlah Dharma itu, begitu juga sebaliknya walau sebesar apapun perbuatan apabila tidak dilandasi ketulusan maka tidak akan ada artinya.

            Jadi seorang yang bersifat Brahmana tidak perlu melakukan pekerjaan seorang waishya, dan begitupun sebaliknya. Tidak ada masalah bagi Yang Maha Esa mengenai tinggi-rendahnya nilai suatu pekerjaan atau kewajiban, semuanya bagi Yang Maha Esa sama saja sifatnya. Jika semua orang bekerja dengan baik sesuai dengan kewajiban dan sifatnya yang asli tanpa menyerobot usaha atau pekerjaan orang lain dengan alasan apapun juga, maka semuanya akan stabil dan harmonis dalam kehidupan ini.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas tentang :
Judul: Memahami Kekawin NITI SASTRA
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai Memahami Kekawin NITI SASTRA bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Rank Site

Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Popular Posts

Visitor Blog

 
Terbit Blog : JAYA HINDU 14 September 2015

Copyright © 2015. JAYA HINDU
Terima Kasih Sudah OM Shanti - Shanti - Shanti OM