Pengertian Niti Sastra
Pada masyarakat
Hindu yang ada di Bali lebih mengeal dengan istilah kekawin Niti Sastra.
Kekawin adalah salah satu karya sasttra yang berbahasa Jawa Kuna berupa puisi.
Kekawin Niti Sastra berisikan tentang ilmu kepemmpinan yang bisa digunakan dan
diterapkan kedalam ketatanegaraan juga bisa kita terapkan dalam kehidupan di
masyarakat, dan dalam pendidikan. Kekawin Niti Sastra digubah pada akhir zaman
Majapahit, Kekawin ni merupakan kumpuan bait didaktis dan tidak bersifat
naratif.
Anandakusuma (1986) mengatakan
bahwa Niti berarti undanan-undangan yang mengatur negeri sedangkan sastra
berarti pelajaran agama dan pelajaran dharma. Menurut Athur Antoni Macdonell
mengatakan bahwa Niti dalam bahasa Sanskerta berarti kebijaksanaan duniawi
(Worldly Wisdom) sedangkan Sastra diartikan doa juga berarti pujaan (praise).
Menurut Dr. Rajendra Misrhra pengethuan Niti Sastra adalah didactic poem atau
Upadesa Kavya, yaitu kakrya sastra yang bersifat mendidik.
Secara umum Niti Sastra lebih
menekankan pada ajaran moralitas dan ilmu bangun masyarakat yang sejahtera.
Kitab Upaveda dari Rgveda adalah Ayurveda, kitab Upaveda dari Yajurveda adalah
Dhanurveda, kitab
Upaveda dari Samaveda adalah Gandharvaveda,
sedangkan kitab Upaveda dari Atharvaveda adalah Arthaveda. Sesungguhnya kita
hanya memiliki satu kitab suci yaitu Veda berdasarkan tingkat kesukarannya.
Ketiga kelompok tersebut adalah Pratoksa, Adhyatmika, Pratyaksa.
RSI CANAKYA
Penyusun kirab Arthasastra memang
sangatlah banyak ditemukan, dan selalu bertuliskantentang Canakya didalamnya.
Seperti di kutip dalam Srimad Bhagavatam 12.1.11-12 “seorang Brahmana (Canakya)
akan menghancurkan raja Nanda dan delapan putra-putranya dan akan menghancurkan
dinastinya. Sri Visnu Purana 24.20-28, juga dikatakan bahwa “Raja mahananda
akan menurunkan Mahapadma dari istri sudra. Dia akan melanjutkan pemerintahan
bersama 8 orang putra-putranya, seperti sumali dan lainnya selama 100 tahun.
Suatu ketika akan muncul seorang Brahmana bersama kautilya, akan menghancurkan
kesembilan nada tersebut.
Dari ramalan tersebut dapat
disimpulkan bahwa memang benar Canakya yang menghancurkan Raja Nanda dan
mendapatkan Candragupta sebagai Raja. Tentang proses penghancuran kerajaan
Nanda oleh Canakya menurut para tokoh berbeda-beda. Seperti pada modul buku
pembelajaran
TUJUAN AJARAN NITI
SASTRA
Niti Sastra mencakup ruang lingkup
yang sangat luas. Cakupannya adalah dalam segi Pemerintahan, Kepemimpinan,
Moralitas, Perekonomian, Bhakti, dan segala yang behubunan dengan kehidupan
sehari-hari. Tujuan mempelajari Niti Sastra adalah agar tercapainya tujuan Dharma
atau disebut dengan Dharma Sidhyartha. Yang dimaksud Darma Sidhyartha disini
adalah pertimbangan untuk mencapai kebenaran dan kesejahteraan. Dalam mencapai
kebenaran hendaknya harus mempertimbangkan lima unsur yang disebut dengan Iksa,
Sakti, Desa, Kala dan Tattwa. Dengan tercapainya Dharma Sidhyartha maka
tercapai pula tujuan dari ajaran Niti Sastra.
NITI SASTRA DALAM
DIRI
Ajaran Niti Sastra
ini, sebelum masuk kemasyarakat pahami dan terapkan dalam diri kita terlebih
dahulu. Ada tiga perbuatan dalam diri kita yang harus di sucikan yang sering
disebut dengan Tri Kaya Parisudha, antara lain:
a) Manacika Parisudha (Berfikir yang baik)
Dalam ajaran sastra
kita diajarkan bagaimana harus berfikir dan apa yang kita pikirkan. Sebab
pikiran dapat mempengaruhi apa yang kita lakukan. Dalam hidup kita pikuran
sebagai penggerak dan penentu dalam setiap tindakan. Apabila pikiran tidak
stabil orang akan mengendalikan sifat Sad Ripu yang diantaranya adalah Kama,
Lobha, Kroda, Mada Moha, Matsarya.
b) Wacika Parisudha (Perkataan yang baik)
Setiap perkataan
yang kita keluarkan dari bibir memiliki pengaruh bagi diri kita juga bagi orang
lain. Apapun yang kita katakana akan mendapat hasil baik yang baik maupun hasil
buruk.
c) Kayika Parisudha (Berbuat yang baik)
Segala perbuatan
yang kita lakukan didunia ini pasti kita sendiri yang akan menanggungnya, karma
yang kita lakukan tidak bisa kita tinggalkan ataupun kita warisi kepada orang
lain.
NITI SASTRA DALAM
KELUARGA
Keluarga adalah
bagian terdekat dalam hidup kita, karena bersama mereka kita menghabiskan sisa
waktu kita. Kita sebagai anggota keluarga hendaknya berusaha selalu menciptakan
suasana yang enak dalam keluarga.
a. Peranan seorang Suami/ayah
Seorang ayah selain
melindungi istri juga bertanggungjawab melindungi dan membesarkan
putra-putrinya. Seorang ayah hendaknya memberikan bekal kepada putra-putrinya
untuk meniti masa depannya. Bekal yang diberikan tidak hanya berupa materi
melainkan pengetahuan. Karena pengetahuan tidak pernah habis dan dengan
pengetahuan juga akan membuat orang dihormati.
b. Peranan seorang Istri
Seorang yang sudah
memiliki suami serta mempunyai anak sudah bisa disebut dengan ibu. Seorang ibu
yang baik harus bisa melayani suami serta anak-anaknya dengan tulus iklas. Baik
atau buruk kelakuan seorang istri akan berpengaruh kepada suami serta
anak-anaknya, hendaknya seorang istri harus memiliki sifat yang suci nan mulia.
Seorang istri juga memiliki kewajiban untuk memberikan keturunan kepada
keuarganya, keturunan ini bertujuan untuk meneruskan regenerasikeluarganya.
Dengan keturunan juga bisa mempererat tali persatuan dalam keluarga, Karena
kehadiran sang putra merupakan anugrah dari yang kuasa.
NITI SASTRA DALAM
MASYARAKAT
Penerapan ajaran
Niti Sastra di masyarakat sudah ada sejak zaman dahulu meski belum diketahui
sesungguhnya itu merupakan ajaran Niti Sastra karena pada masyarakat terdiri
dari banyak keluarga dan memiliki pola piker yang berbeda, maka agak susah
untuk menerapkan ajaran sastra kecuali mereka yang mengerti tentang makna
sastra. Dalam masyarakat Ajaran Niti Sastra sangatlah baik untuk diajarkan
karena sebagai ajaran berisi tentang moralitas dan tuntunan berperilaku.
Adhityedam yatha
sastram
Naro jinati
sattamah
Dharmapadesa
vikhyatam
Karyakaryam
subhasubham
Canakya
Niti Sastra,1.2
Terjemahan:
Iya yang mengerti
ajaran Niti Sastra yang baik ini, yang menajarkan ajaran-ajaran Dharma yang
termasyur, dengan pengetahuan ini bisa membedakan apa yang baik dan apa yang
buruk, apa yang patut dilakukan dan apa yang tidak patut dilakukan. Orang yang
seperti itu hendaknya dimengerti sebagai orang yang utama.
Dalam sloka diatas
dikatakn bahwa Niti Sastramemberikan pandangan untuk memilah sesuatu yang baik
dan yang kurang. Dengan pengetahuan seseorang mampu memilah mana yang baik dan
mana yang buruk. Karena pengetahuan adalah sebagai penerang bagi jiwa.
Hendaknya
pengetahuan harus selalu dipraktekkan untuk membantu sesama.
a. Memilih Sahabat
Sahabat sejti
adalah sahabat yang selalu dating dan menyelamatkan seseorang dalam keadaan
apapun. Tujuan memiliki sahabat adalah untuk berbagi antara suka dan duka. Maka
dari itu haruslah berhati-hati memilih seorang yang ingin dijadikan sahabat.
b. Kewaspadaan
Kewaspadaan
menuntun seseorang untuk selalu berkata, bersikap dan melakukan sesuatu denggn
hati-hati. Apabila seseorang sudah waspada dan berhati-hati dalam melangkah,
kemungkinan untuk mengalami kegagalan sangatlah kecil.
c. Kebahagiaan
Tolak ukur
kebahagiaan seseorang itu sangat relative. Kebahagiaan seseorang akan hilang
apabila orang tersebut akan selalu melihat hal yang lebih dengan ego dan tanpa
mensyukuri apa yang dimiliki.
KEPEMIMPINAN HINDU
A. Pengertian Pemimpin
Kepemimpinan adalah
bahasa Inggris mempunyai kesepadanan kata yang disebut degan leadership.
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pimpin berarti bombing atau tuntun. Setiap orang yang dilahirkan didunia ini
adalah seorang pemimpin. Entah sebagai pemimpin masyarakat, keluarga ataupun
pemimpin diri sendiri.
B. Peranan Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin
juga bisa dikatakan seagai raja karena memiliki wewenang untuk membimbing atau
menuntun. Seorang pemimpin tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri apalagi
memikirkan utung dan rugi dalam memimpin. Memimpin merupakan suatu pengorbanan
yang tulus iklas demi kesejahteraan bersama. Apabila seorang pemimpin tidak
mampu untuk mensejahterakan rakyatnya, apalagi membuat rakyatnya mederita dia
tidak bisa dikatakan sebagai pemimpin yang berhasil.
C. Syarat-syarat Pemimpin
Memimpin bukanlah
sesuatu yang mudah seperti membalikkan kedua telapak tangan kita. Dalam kitab
Arthasastra dikatakan bahwa seorang raja atau pemimpin hendaknya memiliki sifat
Uthana (giat) dan jangan memiliki sifat Pramada (lengah). Dalam sastra Hindu
dikatakan seorang pemimpin harus memiliki sifat sebagai berikut:
1. Catur Pariksa
Catur Pariksa serin
disebut dengan nama Catur Upaya Naya Sandhi. Dikatakan bagi seorang pemimpin
harus memiliki keempat sifat tersebut untuk menjadi pemimpin yang disegani oleh
masyarakat dan mush, diantaranya:
· Dhana berarti uang. Seorang pemimpin
hedaknya rela memberikan bantuan untuk memenuhi sandang, pangan, dan
papankepada rakyatnya dengan tulus iklas demi kesejahteraan rakyatnya.
· Sama adalah seorang pemimpin harus
berbuat adil. Setiap orang hendaknya diberikan kesempatan yang sama untuk maju
dan berkembang.
· Bheda adalah seorang pemimpin yang
harus dapat mengatur dan memelihara disiplin kerja dan tata tertib yang berlaku
bagi bawahannya.
· Dandha adalah seorang pemimpin yang
harus tegas dalam menghukum bawahannya, siapapun yang bersalah hendaknya
dihukum secara adil tergantung dari tingkat kesalahannya.
2. Panca Stiti Dharmaning Prabhu
Panca Stiti
Dharmaning Prabhu ini merupakan wejangan dari Arjuna Sastra Bahu, yang kemudian
dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara.
3. Sad Warnaning Rajaniti
Sad Warmaning
Rajaniti atau Sad Sasana adalah enam sifat utama dan kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang raja. Adapun bagian-bagiannya yaitu: Abhigamika, Prajna,
Utsaha, Atma Sampad, Sakya samanta, Aksudra Parisatka.
4. Catur Kotamaning Nrpati
Catur Kotamaning
Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman Majapahit sebagaimana
ditulis oleh M. Yamin adalah buku “Tata Negara Majapahit”. Catur Kotamaning
Nrpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
yaitu: Jnana Wisesa Suddha, Kaprahitaing Praja, kawiryan, Wibawa.
5. Tri Upaya sandhi
Di dalam Lontar
Raja Patu Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki tiga sifat upaya
agar dapat menghubungkan diri dengan rakyat yaitu: Rupa, Wangsa, Guna.
6. Panca Upaya Sandhi
Adapun
bagian-bagian Panca Upaya sandi yaitu Maya, Upeksa, Indra jala, Wikrama,
Logika.
7. Asta Brata
Asta Brata adalah
ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana
sebelum ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca kemenangan Sri Rama
melawan keangkaramurkaan Rahwana. Asta Brata in merupakan delapan landasan
sikap mental bagi seorang pemimpin, yaitu: Indra Brata, Yama Brata, Surya
Brata, Candra Brata, Bayu Brata, Baruna Brata, Agni Brata, Kwera dan Prthiwi
Brata.
8. Nawa Natya
Dalam Lontar jawa
Kuno yang berjudul “Nawa Natya” dijelaskan bahwa seorang raja dalam memilih
pemmbantu-pembantunya(mentrinya) harus memiliki criteria sebagai berikut yaitu:
bijaksana, pemberani dan pantang menyerah, bersifat uia, tekun atau ulet,
pandai berbicara, setia, tidak pamrih, dll.
9. Panca Dasa Pramiteng Prabhu
Dalam Lontar Negara
Kertagama, Rakawi Prapanca menuliskan keutamaan sifat-sifat Gajah Mada sebagai
Maha Patih Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama tersebut yaitu:
Bijaksana,
Pemberani, dipercaya oleh rakyat, selalu setia, pandai bicara, sabar dan rendah
hati, teguh hati, teguh iman, lapang dada dan toleransi.
10. Sad Upaya Guna
Dalam Lontar
Rajapati Gondala dijelaskan ada enam upaya yang harus dilakukan oleh seorang
raja dalam memimpin Negara. Keenam upaya ini disebut juga dengan Sad Upaya
Guna, diantaranya Siddhi, Wighra, Wibawa, Winarya, Gascarya, dan Stanha.
11. Panca Satya
Satya ini harus
dijadikan sebagai landasan bagi seorang pemimpin Hindu dimanapun dia berada.
Kelima landasan ini adalah Satya Hrdaya, Satya Wacana, Satya Samaya, Satya
Mitra, satya Laksna.
CATUR VARNA
Sesungguhnya
kedudukan Kasta dan Varna adalah beda. Istilah Kasta dibuat oleh Bangsa
Portugis ketika menjajah Bali. Dikatakan pada zaman dahulu apabila yang memiliki
kasta rendah tidak boleh mempelajari kitab sucu, apabila mempelajari kitab
sucitelinganya akan di bor. Yang boleh membaca kitab Suci adalah hanya mereka
yang memiliki kasta Brahmana dan Ksatria.
Sedangkan Varna
memang diatur dalam kitab suci agama Hindu. Dalam kitab suci agama Hindu
dikenal dengan istilah Catur Varna atau empat golongan, adapun keempat golongan
tersebut adalah: Brahmana, Ksatriya, Waisya, dan Sudra.
BHAKTI DALAM NITI
SASTRA
Dalam agama Hindu meyakini adanya
Panca Sradha yang berarti keyakinan atau kepercayaan yang diantaranya yaitu:
1. Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang
Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
2. Percaya dengan Atma
3. Percaya dengan Hukum Karma Phala
4. Percaya dengan Punarbawa (reinkarnasi)
5. Percaya dengan Moksa (pelepasan)
Lima keyakinan atau
Sradha diatas sebagai dasar umaat Hindu melaksanakan Bhakti. Bhakti berarti
wujud cinta kasih serta penyerahan diri sepenuhnya kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa.
WANITA DALAM NITI
SASTRA
a. Kedudukan Eanita dalam Sastra Hindu
Dalam sastra Hindu
wanita memiliki kedudukan yng sangat utama dalam kehidupan.
Wanita dikatan
sebagai sumber kehidupan. Wanita dikatakan sebagai sumber kehidupan, kedamaian,
serta kebahagiaan. Disini wanita memiliki peran yang sangat muia karena telah
berjuang sampai mempertaruhkan nyawa hanya melahirkan seoang putra. Sri Kresna,
Sri Rama serta Arjuna pun dilahirkan oleh seorang ibu. Dan dari zaman dahulu
hahikat seorang sangatlah mulia karena perannya.
Hakikat wanita lebih istimewa dibadingkan
dengan lelaki, karena wanita memiliki peran yang sangat multifungsi yaitu bisa
senjadi seorang ibu yang bisa melahirkan dan juga bisa menjadi seorang ayah
yang membesarkan serta menjaga putranya.
Disamping sosok wanita yang agung nan
mulia, tidak sedikit yang mengatakan wanita adalah sumber kesengaraan bagi
manusia. Manusia dikatan umber kehancuran bagi lelaki karena dengan
kecantikannya wanita akan memikat lelaki
dan tidak sedikit lelaki yang rela melakukan apa saja demi wanita.
b. Swadharma Wanita
Wanita berasal dari bahasa Sankrit, yaitu
Svanittha, dimana kata Sva artinya “sendiri” dan Nittha artinya “suci”. Jadi
Svanittha artinya “Mensucikan sendiri”. Sejak mengalami menstruasi pertama, seorang
wanita sudah dianggap dewasa, dan juga merupakan ciri/tanda bahwa ia mempunyai
kemampuan untuk hamil. Peran istri dikatakan sebagai pengamal Dharma, karena
hal-hal yang dikerjakan seperti: mengandung, melahirkan, memelihara bayi, dan
seterusnya mengajarkan dan mendidik anak-anak, mempersiapka upacara-upacara
Hindu dilingkungan rumah, dll. Peranan suami dapat dikatakan sebagai pengamal
Shakti, karena dengan kemampuan pikiran dan jasmani ia bekerja mencari nafkah
untuk kehidupan rumah tangganya. Kombinasi Dharma dan Shakti ini menumbuh
kembangkan dinamika kehidupan. Oleh karena itu pula, istri disebut “Pradana”
yang artinya pemelihara, dan suami disebut “Purusha” yang artinya penerus
keturunan.
1. Wanita pada masa Brahmacari
Masa Brahmacari
adalah masa belajar, bisa juga dikatakan masa menuntut ilmu pengetahuan. Wanita
pada masa memasuki masa-masa brahmacari sama halnya dengan memasuki masa-masa
yang rentan karena apabila benar dalam melangkah ia akan menjadi emas dan
apabila salah melangkah ia akan menjadi samah. Wanita juga dikatakan delapan
kali lebih besar nafsu birahinya dibandingkan laki-laki, hal ini dibuktikan
dari penelitian ilmiah yang mengatakan bahwa nafsu wanita lebih besar daripada
laki-laki ketika dalam keadaan bercumbu.
2. Wanita dalam masa Grahasta
Grhasta Ashram
yaitu tahapan kehidupan rumah tangga. Ketika memasuki masa-masa Grahasta
seorang wanita bisa disebut dengan istilah istri, dan apabila sudah memiliki
putra bisa disebut dengan istilah ibu.
c. Memperlakukan dan Menjaga Wanita
Wanita adalah
makhluk yang kuat tetapi bisa menjadi sangat lemah baik dilihat secara fisik
mupun secara psikis. Kelemahan pada wanita memberikan ciri bahwa ia memiliki
sifat atau naluri yang lembut.
1. Ayah
Seorang ayah
hendaknya melindungi putrinya agar tumbuh menjadi seorang wanita yang suci dan
seorang ayah harus memikirkan siapa yang menjadi pendamping hidup putrinya
nanti.
2. Suami
Seorang suami
hendaknya menjaga dan melindungi istrinya dengan sepenuh hati agar istrinya
merasa aman dan nyaman.
3. Anak laki-laki
Anak lai-laki
hendaknya melindungi ibu dan saudari perempuannya disaat tidak ada ayahnya.
Karena dalam agama Hindu anak laki-laki merupakan generasi penerus keluarga.
PENGETAHUAN DALAM
NITISASTRA
Dibandingkan dengan memiliki harta
benda banyak, orang yang memiliki pengetahuan lebih dihormati serta dikenang.
Seperti contoh tokoh-tokoh ilmuwan di dunia dikenal karena hasil penemuannya
dan bukan karena harta bendanya. Pengetahuan juga dikatakan sebagai harta yang
rahasia karena tak seorang pun yang tahu kecuali kita. Begitu juga kedudukannya
dalam keluarga, orang yang memiliki putra yang berpengetahuan akan menjadi
terhormat dibandingkan ddengan memiliki putra yang biasa.
Pengetahuan pada diri seseorang
tidak selalu sama, semua itu dipengaruhi oleh beberapa factor. Dari beberapa
pendapat para ahli mengatakan pengetahuan seseorang dipengaruhi karena tiga
factor yaitu, factor Genetik/kelahiran, factor social/ligkungan, dan factor
ekologi/perpaduan antara genetic dan social. Apabila seseorang lebih
mementingkan kesenangan maka, pengetahuan akan lebih susah didapat. Apabila
seseorang lebih memenginginkan pengetahuan maka kesenangan akan susah untuk
didapat. Akan tetapi apabila seseorang merubah pola pikirnya dengan menjadikan
pengetahuan sebagai kesenangan maka akanlah mudah untuk didapat pengetahuan
sekaligus kesenangan. Selain karena factor kemalasan dari diri sendiri dan
factor kelahiran juga karena factor lainnya. Dalam Kekawin Niti Sastra Sargah
XIV, sloka 3 dan 4 dikatakan ada 6 hambatan atau musuh seserang dalam
memperoleh ilmu pengetahuan yaitu:
1. Kelalaian
2. Kebiasaan melakukan hal-hal yang buruk
atau dusta
3. Penyakit atau kelemahan badan atu fisik
4. Pada orang yang masih muda yaitu gila
asmara dan berzinah
5. Kemiskinan terus menerus
6. Berjudi.
Keenam musuh diatas
sangatlah menjadi penghalang bagi seseorang yang ingin mendapatkan ilmu
pengetahuan.karena keenam musuh tersebut bisa meracuni pikiran seseorang, dan
ilmu pengetahuan hanya bisa didapat dengan pikiran murni dan jernih.
BERBOHONG YANG DIBENARKAN
Setiap orang yang
hidup didunia ini pasti pernah melakukan ebohongan, yang membedakan adalah
besar kecilnya tingkat kebohongan tersebut. Walaupun kebohongan dikatakan
sebagai perbuatan uang kurang baik, akan tetai terkadang kita juga harus berbohong
demi kebaikan. Ada lima kebohongan yang dapat dilakukan dengan tidak ada
hukumannya yaitu, di waktu sedang berpesta, waktu pertemuan penggantin (waktu
bertemu), guna menjaga harta benda, guna meindungi nyawa, dan waktu bersenda
gurau. Dengan demikian kebohongan yang bisa dibenarkan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu:
1. Berbohong kepada oran sakit
2. Berbohong kepada anak kecil
3. Berbohong kepada musuh yang mengancam
4. Berbohong kepada orang jahat
5. Berbohong demi menyelmatkan nyawa
seseorang
6. Berbohong pada saat bercumbu rayu
7. Berbohong pada saat bercanda
8. Berbohong pada saat berdagang.
Dosa dari
kebohongan yang dilakukan tidak sepenuhnya diterima asalkan didasari dengan
keinginan untuk kebaikan. Sebab aapun yang dilakukan atas dasar keinginan yang
baik pasti akan mendapat kebaikan. Akan tetapi apabila melakukan kebohongan
hanya untuk memuaskan diri sendiri akan mendapa dosa yang berlipat ganda.
NILAI DHARMA
Pandangan dari para tokoh agama
maupun masyarakat mengatakan bahwa Dharma adalah suatu yang bersifat baik atau
kebenaran. Selain perbuatan Dharma juga diartikan sebagai hukum agama hindu.
Setiap orang yang terlahir didunia diwajibkan untuk berbuat Dharma. Walaupun
kita memiliki banyak harta ataupun anak buah, namun ketika kita meninggal hanya
yang kita lakukan selama di dunia maka surge lah tempat kita, begitu juga
sebaliknya apabila Adharma yang lebih dominan maka neraka lah rumah kita nanti.
Pada dasarnya Dharma atau kebenaran memiliki lima dasar yang dijadikan acuan.
Kelima dasar tersebut adalah:
1. Sruti, merupakan wahyu suci yang diterima
dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
2. Smerti adalah nama buku-buku yang
merupakan hasil pemikiran dari tulisan berdasarkan interpretasi Veda dan telah
diterapkan serta dijadikan panutan sejak berabad-abad.
3. Sila, merupakan ethika yang diterima oleh
orang-orang suci dan bijak.
4. Sadacara/acara, merupakan adat kebiasaan
setempat yang telah diterima dan dijadikan bagian dari kepercayaan masyarakat.
5. Atmanastuti, merupakan kebahagian yang
didapat oleh seseorang atau diri sendiri.
Melakukan Dharma
haruslah berdasarkan dariketulusan hati yang paling dalam. Walaupun itu kecil
akan tetappi dilaksanakan dengan keinginan yang tulus maka akan menjadi
besarlah Dharma itu, begitu juga sebaliknya walau sebesar apapun perbuatan
apabila tidak dilandasi ketulusan maka tidak akan ada artinya.
Jadi seorang yang bersifat Brahmana
tidak perlu melakukan pekerjaan seorang waishya, dan begitupun sebaliknya.
Tidak ada masalah bagi Yang Maha Esa mengenai tinggi-rendahnya nilai suatu
pekerjaan atau kewajiban, semuanya bagi Yang Maha Esa sama saja sifatnya. Jika
semua orang bekerja dengan baik sesuai dengan kewajiban dan sifatnya yang asli
tanpa menyerobot usaha atau pekerjaan orang lain dengan alasan apapun juga,
maka semuanya akan stabil dan harmonis dalam kehidupan ini.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas tentang :
Judul: Memahami Kekawin NITI SASTRA
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai Memahami Kekawin NITI SASTRA bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Judul: Memahami Kekawin NITI SASTRA
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai Memahami Kekawin NITI SASTRA bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.